Kamis, 25 Juni 2015

Pendakian Jalur Linggajati



Pendakian Jalur Linggajati Selepas dari Pos Pendaftaran dengan melintasi jalanan beraspal pendaki memasuki kawasan hutan Pinus dan persawahan hingga Cibeunar yang berada di ketinggian 750 mdpl. Tempat ini sangat ramai dengan para pendaki yang ingin mengadakan pendakian maupun remaja yang sekedar camping. juga terdapat sumber air yang cukup melimpah, yang tidak akan ditemui lagi sepanjang perjalanan sampai di puncak. Selepas Cibeunar lintasan akan melewati ladang penduduk dan kawasan hutan pinus hingga memasuki Leuweng Datar di ketinggian 1.285 mdpl. Leuweng Datar terletak di tengah-tengah hutan tropis. 

Selepas daerah ini lintasan mulai menanjak dan melewati area yang cukup datar sebagai camp yakni Sigedang dan Kondang Amis (1.350mdpl). Untuk sampai di Kuburan Kuda diperlukan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Blok Kuburan Kuda berada pada ketinggian 1.580 mdpl, merupakan lapangan datar yang cukup luas dan cukup teduh sebagai tempat perkemahan. Daerah ini dianggap keramat bagi masyarakat setempat. Di dekat jalur terdapt kuburan kuda. Selepas Kuburan Kuda, jalur semakin curam dan kita akan sampai di Pengalap (1.790 mdpl).Dengan sudut lintasan yang mulai membesar kita akan melewati Tanjakan Bin-Bin (1.920 mdpl) dan semakin menanjak lagi ketika melewati Tanjakan Seruni. Tanjakan Seruni (2.080 mdpl) adalah lintasan yang terberat dan melelahkan dibanding yang lainnya. 

Bahkan pendaki akan menemui jalan setapak yang terputus dan setengah memanjat, dan memaksanya berpegangan akar pepohonan untuk mencapai pos selanjutnya. Belum lagi bila hujan turun, jalur ini akan menjadi lintasan aliran air hujan seperti air terjun. Begitu juga dengan jalur berikutnya hingga sampai di Tanjakan Bapak Tere (2.200 mdpl) Selepas Tanjakan Bapatere lintasan tetap menanjak hingga sampai di Batu Lingga dengan waktu tempu sekitar 2,5 jam. Batu Lingga (2.400 mdpl) merupakan pos peristirahatan yang berupa tanah datar dan terdapat sebuah batu berukuran besar dahulunya tempat Wali songo bersolat dan berkotbah. Pos ini adalah tempat yang keramat, konon pawa Wali sering mengadakan pertemuan di tempat ini menurut kesaksian para pendaki kehadiran para wali ini ditandai dengan gumpalan cahaya yang terbang di tempat ini. Di tempat ini terdapat dua buah batu nisan. 

Meninggalkan kawasan Batu Lingga lintasan tetap menanjak. Di tengah perjalanan pendaki akan menemui dua pos peristirahatan berupa tanah datar yakni Sangga Buana Bawah (2.545 mdpl) dan Sangga Buana Atas (2.665 mdpl). Selepas itu pendaki akan memasuki batas vegetasi antara hutan dengan daerah terbuka. Untuk sampai di Pangasinan. Pangasinan berada pada ketinggian (2.860 mdpl) merupakan pos terakhir. tempatnya lebar sehingga cukup untuk membuka belasan tenda, meskipun lokasinya agak berbukit-bukit. Kabut dan hujan yang sering muncul dipuncak meskipun di musim kemarau menyisakan genangan air di celah-celah bebatuan sehingga bisa dimanfaatkan untuk minum dan memasak. Diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk merangkak melewati bebatuan cadas untuk sampai di puncak. 

Hujan deras sering muncul di puncak sehingga aliran air terkucur dari atas membasahi para pendaki. Di puncak pendaki bisa memandang melihat kota Cirebon dan laut Jawa, kapal-kapal besar nampak dikejauhan. Kearah Timur tampak gunung Slamet dengan puncaknya yang tertutup awan. Puncak gunung Ciremei memiliki kawah yang sangat curam dan sangat indah, pendaki yang nekad sering turun ke kawah untuk membuat tulisan di atas lumpur kawah. Pejiarah sering datang untuk berdoa dipuncak ini. Mereka mendaki dengan berpuasa dan makan bekal nasi bungkus setelah tiba di puncak. Bandingkan pejiarah dengan para pendaki gunung yang setiap saat makan dan minum saja kadang masih juga tidak sampai puncak. Banyak sekali pendaki yang hanya berkemah di pertengahan pos dan tidak sanggup meneruskan perjalanan ke puncak, karena medan yang berat dan susahnya air, dan kembali turun, untuk itu persiapkan bekal yang berlebih dan bawalah tenda. Karena kemungkinan besar perjalanan akan tertunda, sehingga harus bermalam.